Cerita Mereka, Suara Kita: Bedah Buku Fastabiqul Khairat Bangun Empati Inklusif

Line Shape Image
Line Shape Image
Cerita Mereka, Suara Kita: Bedah Buku Fastabiqul Khairat Bangun Empati Inklusif

Cerita Mereka, Suara Kita: Bedah Buku Fastabiqul Khairat Bangun Empati Inklusif

Samarinda-Perpustakaan Sekolah Yayasan Fastabiqul Khairat sukses menyelenggarakan acara Bedah Buku dan Dialog Inklusif bertema "Kisah, Kata dan Kita: Literasi Inklusif untuk Semua" Kegiatan ini menjadi ruang inspiratif untuk menggali nilai kemanusiaan, keberagaman, dan semangat literasi inklusif bagi semua kalangan pada Kamis, 16 Oktober 2025.

Acara ini menghadirkan dua penulis nasional yang karya-karyanya menyentuh hati banyak orang, yakni Irma Riana, penulis buku "Saat Dunia Retak dan Langit Tak Lagi Biru", serta Yanda Yono, penulis buku "Melukis di Udara". Diskusi dipandu oleh seorang psikolog sekaligus moderator, Ayunda Ramadhani, yang membawakan jalannya acara dengan hangat dan reflektif.

Dalam sambutannya, Manajer Pengembangan Yayasan Fastabiqul Khairat, Joko Wahyono, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar bedah buku, melainkan sebuah gerakan literasi yang membawa pesan inklusif dan penuh makna.

"Ada cerita yang besar dan mendalam dengan pelaksanaan bedah buku ini. Sesuai dengan tema, acara ini mengulik kisah-kisah masyarakat yang inklusi. Buku-buku karya Irma dan Yanda didedikasikan untuk mereka yang mempunyai kecerdasan istimewa," ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa sekolah berkomitmen menjadi ruang aman dan berkembang bagi semua anak, tanpa diskriminasi. Meski fasilitas inklusi masih dalam tahap pengembangan, langkah awal melalui kegiatan seperti ini menjadi bukti nyata keseriusan mereka.

Turut hadir dan memberikan apresiasi adalah Plt Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kalimantan Timur, Anita Natalia Krisnawati. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya kegiatan ini.

“Generasi tangguh adalah mereka yang hari ini membaca dan tumbuh bersama literasi. Kegiatan seperti ini sangat mendukung peningkatan minat baca siswa dan masyarakat,” ungkapnya yang tak datang sendiri melainkan didampingi oleh Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca (P3KM), Hana Iriana.

Ia juga memberikan apresiasi kepada Rachmawati, Kepala Perpustakaan Sekolah Fastabiqul Khairat, atas dedikasi dan komitmennya dalam menyelenggarakan berbagai program positif yang berfokus pada pengembangan diri siswa. Anita berharap langkah Rachmawati dapat menginspirasi pustakawan lainnya di seluruh Kalimantan Timur.

Dalam sesi diskusi, Irma Riana mengungkapkan bahwa bukunya merupakan refleksi dari banyak kisah nyata tentang mereka yang berjuang menjalani hidup dengan kondisi khusus.

Saat Dunia Retak dan Langit Tak Lagi Biru adalah suara untuk mereka yang tak selalu terdengar. Saya ingin mengajak pembaca memahami bahwa setiap manusia punya luka, tapi juga punya cahaya yang bisa dibagikan,” tutur Irma.

Sementara itu, Yanda Yono, penulis Melukis di Udara, menyampaikan bahwa buku yang ia tulis merupakan bentuk penghormatan bagi anak-anak yang sering kali dipinggirkan dalam ruang-ruang pendidikan.

“Buku ini adalah lukisan kata dari kehidupan mereka yang kerap dianggap berbeda. Saya percaya, setiap anak adalah seniman yang sedang melukis dunianya sendiri – walau di udara, mereka tetap berkarya,” ucap Yanda.

Acara berlangsung dengan penuh antusiasme, tidak hanya dari kalangan siswa dan guru, tetapi juga masyarakat umum, pegiat literasi, serta pemerhati pendidikan inklusif.

Kegiatan ini diharapkan menjadi pemantik untuk lebih banyak kegiatan serupa di masa mendatang, dan menjadi bukti bahwa perpustakaan sekolah bukan hanya tempat menyimpan buku, tetapi juga ruang untuk tumbuh bersama dalam keberagaman.

Sumber: Humas DPK Kaltim

 


Ada Aspirasi/Pengaduan yang mau anda sampaikan?

Sampaikan disini lapor.go.id
Shape Image
Shape Image